Sabtu, 09 Januari 2010

Arca Warak, Situs Majapahit Memprihatinkan


Selasa, 15 Desember 2009

Sudah lebih 24 tahun, Marjono (52) warga Modangan, Nglegok mengabdikan diri menjadi penjaga atau juru kunci situs Arca Warak. Namun Marjono tidak tahu persis kapan Arca ini dibuat, apakah pada masa Kerajaan Hindu atau Budha.

Karena pada arca ini tidak jelas tulisan atau angka tahun yang menandakan kapan dibangun. Pria yang sudah diangkat menjadi PNS selama enam tahun di lingkungan Pemkab Blitar ini bertanggung jawab menjaga arca dengan gaji sebulan Rp1,8 juta.

Dia juga mengelola ikan air tawar (ikan nila dan hias) di dekat rumahnya sebagai penghasil sampingan. “Kapan pembangunan arca itu sepertinya belum ada penelitian yang khusus,” terang Marjono, Selasa (15/12) sore.

Namun pada sejumlah arca ini banyak dijumpai relief yang menggambarkan binatang dan manusia. “Kemungkinan Arca Warak ini dibangun dari masa Kerajaan Majapahit. Ini bisa dilihat dari bentuk bangunan arca yang terdapat jenis ukiran masa Kerajaan Majapahit,” terang bapak tiga anak ini.

Dilakukannya perawatan dan penjagaan ini, lanjut Marjono, karena adanya ancaman dari para pencuri. Diakuinya, beberapa benda purbakala di situs tersebut pernah hilang. Setelah diselidiki, barang itu ditemukan di Pulau Bali.

“Salah satunya yang hilang berupa patung monyet. Pencurinya juga sudah ditemukan dan ditahan. Arca monyet yang hilang itu kini disimpan di Museum Purbakala Trowulan, Mojokerto” terangnya.

Menurut pemantauan Surabaya Post, di lingkungan Arca Warak tidak terlihat penerangan yang memadai. Kalau malam terlihat gelap. Bahkan papan penjelasannya juga tidak ada. Sehingga terasa kurang ada daya tariknya dan pengunjung, sepertinya tidak mendapatkan pengetahuan dari situ.

Kurangnya papan penjelasan dan minimnya lampu penerangan, memang diakui juru kuncinya. Menurut dia, kondisi seperti ini karena Pemkab Blitar yang kurang peduli. “Kami sangat berharap Pemkab Blitar peduli terhadap situs di sini. Sehingga ada daya tariknya dan menjadi kunjungan wisata, seperti situs atau lokasi candi lainnya,” pintanya.

Di samping kepedulian, Marjono berharap dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sejarah Arca Warak ini. “Dulu memang ada penelitiasn tentang arca ini oleh mahasiswa Malang . Namun sampai kini hasil penelitiannya belum bisa mengungkapkan sejarah Arca Warak,” ungkapnya.

Secara geografis Arca Warak ini menghadap ke utara dan terletak di lereng Gunung Kelud, 25 km, jaraknya dengan kepundan yang masih aktif. Lingkungannya yang dipenuh rimbunnya pohon bambu hijau, dan di samping kanannya terdapat sumber mata air dan sungai kecil yang sehari-harinya digunakan penduduk setempat untuk mencuci baju dan mandi. (SURABAYA POST)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar