Sabtu, 27 Februari 2010
Renungan Saraswati: Cerdas dan Bijaksana
SARASWATI penting dimaknai, bukan sekadar dirayakan. Hari turunnya ilmu pengetahuan itu penting dimaknai agar umat menyadari bahwa memberi penerangan kepada sesama merupakan yadnya utama. Memberi penerangan itu bisa berbentuk peningkatan kualitas SDM melalui iptek, keterampilan dan moralitas (spiritualitas). Dengan demikian SDM kita tak hanya memiliki kecerdasan intelektual, juga berbudi luhur atau bijaksana.
Gede Rudia Adiputra mengatakan medana punia untuk kepentingan pendidikan merupakan salah satu bentuk yadnya. Sehingga, mereka yang putus sekolah bisa mengenyam pendidikan. ''Ini merupakan implementasi pelaksanaan yadnya mulia. Pemberian dana BOS kepada siswa oleh pemerintah juga salah satu bentuk pengejawantahan yadnya,'' katanya.
Mereka yang sudah mengenyam pendidikan, juga mesti terus meningkatkan pengetahuannya. Ibarat air yang terus mengalir, demikian ilmu pengetahuan terus berkembang. Karena itu jika umat tidak ingin ketinggalan iptek, mesti terus belajar.
Kata Rudia, berbakti kepada Dewi Saraswati -- manifestasi Tuhan sebagai penguasa ilmu pengetahuan, tidak cukup berhenti pada perayaan semata. Perlu dilanjutkan dengan implementasi. Mengendalikan diri untuk mendapatkan keheningan sehingga mampu memberi vibrasi terhadap lingkungan sekitar, sesungguhnya umat telah berbakti kepada Dewi Saraswati.
Di samping itu, umat juga mesti menyadari pencapaian ilmu pengetahuan setinggi-tingginya itu sangat penting, tetapi penggalian nilai-nilai kearifan lokal juga penting. Sebab, dari kearifan lokal itu bisa digali pesan-pesan moral.
Siswa atau mahasiswa penting memiliki rasa rendah hati menerima iptek dari guru atau dosen. Sebab, orang yang sombong cenderung tidak akan bijak, kendati ia mampu menguasai iptek dengan gemilang. Demikian juga para pendidik dan pengajar, dalam menularkan ilmu pengetahuan kepada siswa atau mahasiwa mesti dilandasi cinta kasih dan ketulusan, di samping mampu menunjukkan keteladanan.
Dengan selalu memahami tuntunan Saraswati, umat diharapkan tidak tergelincir pada hal-hal yang dilarang olah hukum dan agama. Sebab, Saraswati itu menuntun umat agar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dan yang tidak boleh. Dengan memahami tuntunan itu, umat akan bisa menghindari ''Panca Ma'' -- mamotoh, mamadat, mamunyah, mamitra dan mamaling. ''Jadi, dalam merayakan hari keagamaan seperti Saraswati, umat tidak sekadar bakti formal -- sekadar datang merayakan, tetapi di balik itu mesti mampu melaksanakan tuntunan Saraswati,'' katanya.
Keesokan harinya setelah Saraswati, umat melaksanakan banyu pinaruh yang mengandung makna bahwa setelah umat menguasai iptek, kaweruhan itu mesti dimanfaatkan dengan baik. Dalam prosesi itu umat tidak sekadar mandi di sumber-sumber air, tetapi mohon kepada Dewi Saraswati agar diberkati kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan yang diperoleh mampu sebagai penerang dalam kehidupan.
Sumber: BALI POST ONLINE, Sabtu Umanis, 10 Nopember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar