Rabu, 17 Februari 2010
Anand Krishna dan Padepokannya di Bali di Tengah Pemberitaan Pelecehan Seksual
Tak Pengaruhi Meditasi, Tawarkan Solusi Cina
Nama Anand Krishna selama ini cukup dikenal sebagai spiritualis lintas agama, budayawan, dan penulis yang sangat produktif. Tiba-tiba dia dilaporkan ke polisi atas tuduhan pelecehan seksual kepada murid-muridnya. Seberapa hal ini berdampak terhadap padepokannya di Bali?
JAWA POS, 17 Februari 2010 - TAK sulit mencari lokasi Anand Krishna Centre di Bali. Gedung yang biasa digunakan sebagai tempat bermeditasi secara "berjamaah" itu terletak di dekat kompleks perumahan mewah di Sunset Road Residence, Kuta.
Bangunan itu lebih mirip vila. Di sana terdapat kayu bertuliskan: Anand Ashram Foundation yang dipasang di pagar gedung. Gedung itu, tepatnya di bagian barat, dijadikan tempat pusat terapi spa yang bernama L'Ayurveda.
Ketika Radar Bali (Jawa Pos Group) datang ke sana kemarin siang, suasananya sedang sepi. Hanya ada beberapa pria dan tenaga keamanan yang berpakaian batik.
Salah satu petugas keamanan itulah yang menyambut Radar Bali. Selanjutnya, Radar Bali diajak masuk ke sebuah ruang mirip aula. Ruang itu bisa menampung sekitar 30-100 orang. Di ruang itu terdapat enam piring yang melambangkan agama yang ada di dunia. Lambang-lambang tersebut adalah agama Syeikh, Buddha, Hindu, Islam, Kristen, dan Yahudi. Selain itu, ada dua patung dewa-dewi.
Ketika melihat-lihat berbagai benda di aula itu, Radar Bali disapa seorang pria. Dia adalah dr Wayan Sayoga, orang dekat Anand. Dialah yang dipercaya mengelola sejumlah organisasi sayap di bawah Anand Ashram Foundation.
"Kalau siang memang agak sepi, Mas, di sini. Biasanya baru ramai sekitar jam tujuh malam," ujar Sayoga mengawali perbincangan. "Setiap hari kami pasti ada aktivitas, mulai Senin sampai Minggu pasti ada. Kebetulan saja Mas datang siang, jadi kelihatan tidak ada aktivitas," lanjutnya lantas tersenyum.
Menurut Sayoga, pemberitaan yang menyudutkan Anand terkait kasus pelecehan seksual itu tak berpengaruh bagi Anand Krishna Centre (AKC). "Semuanya berjalan seperti biasa. Kami juga masih rileks menjalani meditasi," ujar pria yang dipercaya sebagai direktur eksekutif National Integration Movement (NIM) itu. NIM adalah semacam organisasi kebangsaan yang digagas Anand.
Seperti diberitakan, Anand dilaporkan oleh Tara Pradipta Laksmi, 19, dan Sumidah, 38, ke Komnas Perempuan yang kemudian dilanjutkan ke Polda Metro Jaya. Tara dan Sumidah mengaku sebagai murid Anand dan sama-sama mengaku menjadi korban pelecehan seksual Anand.
Ketika disinggung masalah laporan ke polisi, Sayoga langsung tersenyum. Menurut pria yang rambutnya mulai beruban itu, ini bukan kali pertama Anand dilaporkan ke polisi. Sebelumnya, Anand juga beberapa kali dilaporkan. "Permasalahan like and dislike (suka dan tidak suka, Red) saja," ujarnya tanpa merinci masalah yang dimaksud.
Sayoga mengatakan, Tara dan Sumidah merupakan "wajah lama" di Anand Ashram Jakarta. Sumidah berkecimpung di organisasi itu sejak 2004. Dia dipercaya sebagai tenaga terapi di pusat terapi spa L'Ayurveda Jakarta.
Sumidah kemudian keluar dari L'Ayurveda sekitar enam bulan lalu. Dia beberapa kali melanggar tata tertib di perusahaan spa itu. "Kami hanya menegur. Kami sama sekali tidak pernah mengeluarkan Sumidah dari spa," tegas Sayoga.
Tara juga diketahui aktif sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan, wanita yang sempat kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta itu dipercaya sebagai ketua kelompok muda-mudi. Tara juga mengikuti meditasi atas rekomendasi ibu dan tantenya. "Saya sebatas tahu saja, karena saya dan Tara juga jarang bertemu. Tara lebih banyak di Jakarta, sedangkan saya di Bali," jelas Sayoga.
Benarkah ada ajaran yang menggunakan hipnotis di padepokan Anand? Lagi-lagi Sayoga melemparkan senyum. "Ajaran kami tidak pernah ada hipnotisnya. Yang ada hanya meditasi dan yoga untuk membebaskan rasa takut, gelisah, dan macam-macam. Saya kira, ajaran meditasi kami sangat umum dan diulas di buku-buku yang biasa dijual," jawabnya.
Bagaimana tanggapan Anand soal tindakan murid-muridnya yang melaporkan dirinya ke polisi? Ketika diwawancarai Radar Bali Sabtu malam lalu (13/2), Anand mengaku tidak pernah memiliki murid dan tidak pernah mengangkat murid.
"Saya tidak pernah punya murid, saya tidak pernah memberikan inisiasi, ajaran, atau apa pun namanya. Jadi, tidak pernah ada murid. Kalaupun banyak yang menganggap saya sebagai guru, itu adalah kebebasan mereka. Dan tuduhan-tuduhan (pelecehan seksual) itu semua tidak benar. Kami sedang mempelajari dan sudah membantah itu semua," kata pria keturunan India yang lahir di Solo pada 1 September 1956 tersebut.
Begitu laporan itu mencuat di media massa, awalnya Anand mengaku terkejut dan merasa tidak pernah melakukan semua itu. Namun belakangan, dia tak lagi mempermasalahkan hal tersebut. "Saya oke-oke saja. Makanya, tidak ada acara-acara saya yang sampai dibatalkan. Kami akan menghadapi ini dengan tenang, dan teman-teman juga sudah ada yang siap membantu," ujarnya.
Saat disinggung masalah hipnotis, pria yang telah menerbitkan sekitar 140 judul buku tersebut menyatakan hanya melakukan sugesti. Sugesti itu pun hanya dijadikan sebagai bahan terapi untuk mengurangi rasa fobia, dendam, dan marah.
"Kami ini menggunakan sugesti, dan itu juga untuk diri sendiri. Fungsinya menguatkan dan memberdayakan diri. Masalah ini sebenarnya sudah saya ulas di buku saya," katanya sambil tertawa.
Pria 53 tahun itu menyatakan, dirinya sudah tidak pernah menangani orang secara khusus sejak enam tahun lalu. Kalaupun memberi terapi, itu dilakukan dalam group session yang diikuti 30 hingga 100 orang per grup. Semua lebih banyak diserahkan kepada para terapis di masing-masing Anand Krishna Centre.
Bagaimana dengan Tara dan Sumidah? Anand langsung membantah bahwa mereka berdua adalah asistennya. Menurut pria berjenggot putih itu, Sumidah bekerja sebagai pekerja yayasan, sedangkan Tara aktif berorganisasi di Jakarta.
Dia mengungkapkan, selalu saja ada orang yang senang dan tidak senang kepada dirinya. "Saya juga bukan dewa. Mungkin saja saya pernah berbuat sesuatu yang menyakiti hati mereka tanpa disengaja. Saya pikir, satu-satunya solusi adalah cinta. Dengan cinta kita bisa selesaikan berbagai macam persoalan," ujarnya.
Dari pengamatan Radar Bali yang tadi malam kembali mendatangi AKC, kasus pelecehan seksual itu tak mengurangi jumlah orang yang datang ke padepokan Anand. Ketika Radar Bali berada di sana, sedang diadakan meditasi yang diikuti sekitar 50 orang.
"Saya nggak terpengaruh apa-apa. Malahan saya pikir meditasi ini banyak manfaatnya. Makanya, saya ikut terus," ungkap Vita, 24, mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Bali.
Hal senada diungkapkan I Putu Karmana, 21. Mahasiswa Universitas Udayana tersebut menyatakan sempat mengikuti talk show yang diagendakan Anand Ashram. Namun, remaja yang akrab disapa Karma itu memilih tidak mengikuti sesi meditasi dan yoga lantaran memang tidak suka mengikuti kegiatan tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar