Rabu, 24 Februari 2010

Mutiara Bhagavad-Gita


Bab 17 - Tiga Jenis Kepercayaan

1. Mereka yang tidak kenal akan kaidah-kaidah suci ini, tetapi mempersembahkan pengorbanan dengan keyakinan(sraddha) -- bagaimanakah keadaan mereka ini, oh Krshna? Apakah (mereka) ini tergolong sattva, rajas atau tamas?

Timbul pertanyaan yang wajar di dalam hati sang Arjuna, apakah perlu kita semua belajar tentang hukum atau kaidah-kaidah yang dikandung oleh skripsi kuno dan buku-buku suci lainnya? Apakah Bhagavad-Gita sendiri tidak cukup atau memadai? Dan bagaimana dengan nasib mereka yang berkeyakinan tetapi tidak pernah membaca atau mengetahui tentang naskah atau skripsi-skripsi kuno ini? Sebenarnya hukum ini — karena sifatnya yang abadi, spiritual dan alami — secara otomatis akan bekerja sendiri. Tidak penting apakah setiap orang yang berkeyakinan itu pernah mendengar atau tidak akan hukum/kaidah ini. Sesuai dengan karunia-Nya maka seseorang yang berkeyakinan akan belajar sendiri atau dengan kata lain mendapatkan sendiri semua kaidah-kaidah suci ini secara bertahap, dan ia akan memahami itu semua dengan baik. Yang penting, kita ini (setiap individu) harus jujur pada diri sendiri, dan walaupun tak pernah mendengar tentang sastra-sastra ini, seorang yang telah terpanggil ke jalan-Nya akan secara otomatis mempelajari dan mempraktekkan secara langsung semua kaidah dan hukum-hukum suci ini, sesuai dengan hati nuraninya, karena memang hukum ini sifatnya amat universal dan alami. Arjuna yang khawatir akan nasib seseorang yang berkeyakinan tetapi tidak kenal kaidah-kaidah suci ini, sebenarnya tidak perlu khawatir, karena yang penting adalah penghayatan dan pengamalan kaidah-kaidah itu sendiri secara tulus, dan bukan dengan membaca atau mengetahuinya. Kaidah-kaidah itu sendiri secara tulus, dan bukan semua itu datang dari Satu Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pengasih dan Penyayang. Walau nampaknya kaidah-kaidah ini berlainan dalam berbagai ajaran agama, ajaran moral, kebatinan dan hukum tetapi intisarinya selalu Manunggal, Esa, dan semua itu selalu berporos dan kembali kepada-Nya juga. Om Tat Sat.

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
2. Kepercayaan manusia (makhluk yang dapat binasa), yang lahir dari sifat-sifat mereka terbagi dalam tiga bagian -- sattvik, rajasik dan tamasik. Dengarkanlah oleh mu semua ini.


3. Sraddha seseorang, oh Arjuna, adalah berdasarkan sifat seseorang itu. Manusia dibentuk oleh sraddhanya: begitu sraddhanya, begitu juga manusianya.

Sraddha, atau iman atau keyakinan, adalah ekspresi dari setiap sifat sejati atau asli dari individu itu sendiri yang sudah diatur oleh karma-karmanya. Begitu sifatnya, begitu juga prilaku orang itu. Keyakinannya akan Yang Maha Esa, otomatis terpancarkan sesuai dengan sifat-sifat asli setiap individu yang tentunya berbeda-beda dari setiap manusia ke manusia yang lainnya, dan faktor ini juga akan membeda-bedakan prilaku manusia tersebut. Dan ada tiga golongan kepercayaan pada setiap makhluk yang hidup, terutama yang disebut manusia (makhluk yang juga dapat binasa), yaitu sattvik (dari sattva), rajasik (dari rajas) dan tamasik (dari tamas), yang hadir secara berbeda-beda dan dominan dalam bentuk dan kekuasaannya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar