Jumat, 15 Januari 2010
Ribuan Umat "Jagra" di Pura Besakih
DENPASAR, KOMPAS.com, Jumat, 15 Januari 2010 - Ribuan umat Hindu di Bali melakukan "Jagra" yakni tidak tidur, tidak makan dan minum di Pura Besakih, tempat suci umat Hindu terbesar di Pulau Dewata, sejak Kamis (14/1 hingga Jumat (15/1) pagi.
Melekan semalam suntuk itu berkaitan dengan perayaan Hari Suci Siwaratri, yakni pemujaan Siwa untuk perenungan dosa, yang dipusatkan di Pura Besakih di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, 85 kilometer timur Denpasar.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika bersama Sekretaris Daerah Nyoman Yasa dan para kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD), berbaur dengan umat mengikuti serangkaian kegiatan ritual tersebut, walau cuaca diselimuti mendung dan hujan atau gerimis.
Kepala Biro Kesra Pemprov Bali I Gusti Putu Yudi Arnawa SH yang didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol I Putu Suardhika, SH, MM mengakui, sejak sore umat Hindu terus berdatangan ke pura yang berdiri kokoh di kaki Gunung Agung itu.
Mereka secara sahdu mengikuti rangkaian kegiatan ritual, meliputi tiga kali persembahyangan bersama dalam semalam yang dipimpin sembilan "sulinggih" atau pendeta Hindu.
Persembahyangan pertama berlangsung pada pukul 19:00 Wita, kedua pukul 00:00 Wita dan persembahyangan ketiga Jumat (15/1) pukul 05:00 waktu setempat.
Hari Siwaratri dirayakan setiap 420 hari sekali, yakni bertepatan dengan hari ke-14 dari saat purnama pada bulan ketujuh kalender Bali (panglong ping 14 sasih kepitu).
Umat Hindu di Bali memiliki pemahaman dan keyakinan bahwa hari tersebut mengandung makna yang sangat mendalam dalam memburu kebaikan atau dharma.
Ketua Program Studi Pemandu Wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Drs I Ketut Sumadi M.Par berharap, melalui perayaan Siwaratri umat Hindu dapat melakukan introspeksi diri.
Umat mencari penyebab dan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi dengan menerapkan konsep "Karma Marga", yakni kerja keras dan penuh inovasi.
Aktualisasi diri dalam melakukan pendakian spiritual tersebut dapat mengendalikan diri dan hidup hemat dalam memenuhi keinginan kehidupan sehari-hari.
"Jika keinginan tidak dapat dikendalikan, maka kehidupan menjadi boros. Hal itu karena umat memburu yang tidak menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan," jelas Ketut Sumadi.
Perayaan Hari Siwaratri umumnya berlangsung di setiap pura yang ada di masing-masing desa adat di Bali.
Kegiatan ritual tersebut sekaligus bermakna mohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sanghyang Widhi Wasa, agar bangsa dan negara Indonesia mampu mengatasi akibat krisis global serta terhindar dari bencana alam dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya, tutur Ketut Sumadi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar